Ribuan Orang Ikuti Festival Mandi Safar 

Jambi I Kabardaerah.com — Pemerintah Provinsi Jambi terus berupaya melestarikan budaya tradisi yang ada menjadi potensi wisata terfavorit baik lokal atau nasional.

Salah satunya, melestarikan budaya Mandi Safar di Desa Air Hitam, Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjungjabung Timur, Jambi.

Secara tradisi turun temurun sejak puluhan tahun silam, bertujuan agar masyarakat setempat, terutama nelayan terhindar dari bala bencana, penyakit dan lainnya. Intinya, acara syukuran tolak bala.

Pemerintah Provinsi Jambi melalui Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata mendukung penuh tradisi Mandi Safar untuk menjadi destinasi wisata menarik setiap tahunnya.

Acara Mandi Safar 1439 Hijriyah ini dibuka langsung Wakil Gubernur Jambi Fachrori Umar dengan cara pelepasan menara pancang, yang di arak ribuan masyarakat menuju bibir Pantai Babussalam.

Menurut Wakil Gubernur Fachrori Umar agenda festival mandi Safar memang akan terus didorong oleh Pemerintah Provinsi Jambi, dan di harapkan mampu menyedot animo masyarakat lebih banyak lagi.

“Festival ini sangatlah menarik, dan saya ikut terjun langsung mandi Safar ini,” kata Wagub.

Fachrori menilai, mandi Safar ini sebuah tradisi yang sangat unik sekali, dimana masyarakat setempat memohon doa kepada Sang Pencipta agar dijauhkan dari segala bencana.

Selain itu, ujar Wagub, tradisi mandi Safar sudah menjadi event wisata bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Desa Air Hitam Laut ini.

Sedangkan Bupati Tanjungjabung Timur Romi mengungkapkan, mandi Safar adalah salah satu kearifan lokal masyarakat Kabupaten Tanjungjabung Timur, khususnya masyarakat Desa Air Hitam Laut yang harus tetap dilestarikan.

Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur akan terus mendukung kebudayaan lokal ini dengan berbagai program kegiatan secara sinergis.

“Saya mewakili masyarakat Desa Air Hitam Laut meminta kepada Pemerintah Provinsi Jambi untuk ikut mendukung kegiatan ini melalui pembangunan sarana prasarana dan infrastruktur serta pendukung lainnya, agar kedepannya menjadi acara nasional,” ujar Romi.

Sementara itu pimpinan Ponpes Wali Peetu yang juga Pemangku Adat setempat HM  As’ad Arsyad menjelaskan Mandi Safar adalah tradisi yang sudah ada turun temurun sejak puluhan tahun silam.

Tujuan diadakan kegiatan ini untuk keberkahan dan tolak balak mengingat mayoritas di Desa Air Hitam adalah nelayan.

Untuk memulai mandi Safar tidaklah sembarangan, mulanya warga atau peserta harus mengawali dengan tiga tahapan yakni berniat, menulis doa, serta mandi Safar keesokan harinya.

Menurutnya, memang tradisi mandi Safar bukanlah Syari’at Islam, namun hanya tradisi turun-temurun yang sudah ada dari dahulu yang dibawa suku Bugis Sulawesi ke Tanjungjabung Timur.

“Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1964, namun menjadi agenda tahunan Festifal Mandi Safar baru tahun 2013 lalu,” jelas As’ad.

Dia mengisahkan, Mandi Safar ini pertama kali dilakukan oleh Syeikh Syarifuddin yang merupakan ulama syufi.

Menurut kajian Syeikh Syarifuddin dengan pengetahuan yang beliau miliki, dalam satu tahun ada satu malam dimana Allah menurunkan 12 ribu macam bencana ke dunia ini, yaitu Rabu malam terkhir pada bulan Safar, jadi mandi shafar itu setiap tahun dilaksanakan pada Rabu terakhir bulan Safar.

As’ad juga menjelaskan, untuk menghindari bencana, Syeikh Syarifuddin memerintahkan para muridnya untuk menulis doa yang berawalan kata salamun yang terdapat tujuh macam dalam Alquran, untuk memohon keberkahan kepada Allah SWT, agar dengan berkah ayat suci Alquran bisa terhindar dari segala bala bencana.

Pada awalnya tidak dimandikan, tetapi hanya ditulis di atas kertas kemudian dimasukkan ke dalam gelas air dan airnya diminum.

Karena penasaran, kemudian murid-muridnya bertanya bagaimana kalau dimandikan, Syeikh Syarifuddin menjawab tidak apa-apa, maka dimasukkan doa yang telah ditulis tadi ke dalam baskom, lalu airnya dimandikan. Proses mandi Safar tersebut dan dilakukan di rumah masing masing.

Namun, sejak tahun 1980, kegiatan mandi Safar dilakukan secara bersama-sama di pantai.

“Itulah awal mula mandi Safar sampai sekarang dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat Desa Air Hitam Laut di Pantai Babussalam, sekaligus menjadi tamasya tahunan,” tutur As’ad.

As’ad juga mengaharapkan dukungan Pemerintah Provinsi Jambi maupun pusat dengan adanya Mandi Safar ini bisa menjadi destinasi wisata bagi Kabupaten Tanjungjabung Timur.

“Tradisi ini sudah ada setiap tahunnya dan menarik perhatian wisatawan dari dalam maupun luar kota,” pungkasnya. (ratno)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *