Warga Gunakan DD Untuk Bangun BUMDes

Tanjabbar I Kabardaerah.com — Inilah yang patut ditiru desa lain, dalam mengelola dana desa. Desa Brasau, yang letaknya berada di wilayah Kecamatan Tungkal Ulu, Kabupaten Tanjungjabung Barat (Tanjabbar), Jambi menganggarkan dana desa (DD) untuk meringankan kebutuhan masyarakat.

Tidak hanya dikonsentrasikan pada pembangunan infrastruktur saja, namun Desa Brasau juga sudah mulai membangun perekonomian masyarakat melalui wadah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang diberi nama Karya Bersama.

Hal ini diakui Direktur BUMDes Karya Bersama, Roni Kuswanto, bahwa BUMDes yang berdiri sejak Maret tahun 2017 tersebut bergerak di bidang toko bangunan dan gas elpiji ukuran 3 kg.

“Kita usaha dibahan bangunan, sudah gitu gas juga. Tapi gas ini kita belum jadi pengecer, jadi masih ambil ke pengecer lain. Untuk kedepan kita berencana jadi pengecer dengan menunggu modal tambahan. Kami sekarang masih menunggu modal tambahan,” ujar Roni, Kamis (30/11/2017).

Dengan usaha toko bangunan dan gas elpiji ini, Dia mengaku BUMDes Maju Bersama bisa memenuhi kebutuhan alat dan bahan bangunan masyarakat di Desa Brasau.

“Jadi kami sekarang masih mengelola modal awal itu Rp50 juta. Jadi untuk tahun 2017 ini kita dapat bantuan modal dari dana desa sebesar Rp100 juta. Kemudian dari Gubernur Jambi itu dapat bantuan Rp20 juta, sudah itu dari Kementerian PTD kita dapat bantuan Rp50 juta,” terangnya.

Dengan adanya BUMDes ini, setiap pembangunan yang menggunakan dana desa di Desa Brasau tidak perlu lagi jauh-jauh untuk membeli bahan dan material bangunan yang diperlukan.

“Untuk bahan bangunan banyaknya kita untuk bangun sarana dan prasarana dari dana desa. Dengan adanya BUMDes jual bahan bangunan ini itu TPK ngambil ketempat kita untuk mengurangi potensi ‘mark up’ harga. Disitu desa lebih diuntungkan,” ulas Roni kembali.

Sementara itu untuk gas elpiji sendiri, lanjutnya, bertujuan untuk menjaga stabilitas harga gas yang ada di desa.

“Jadi kalau di desa kalau gas kosong itu harganya bisa mencapai Rp30 ribu. Kita bisa Rp24 ribu lah datar gitu kan, karna kita masih ngambil di tempat orang. Kedepan kalau kita sudah jadi pengecer kita bisa jual di harga HET,” tuturnya.

Untuk omset perbulan, tanpa proyek dana desa BUMDes Karya Bersama ini mampu meraup Rp10-20 juta. Namun bila ada proyek pembangunan dana desa omsetnya bisa mencapai Rp80 juta perbulan.

“Omset perbulan fluktuatif, kalau tanpa proyek dana desa paling ya sekitar 10-20 jutaan lah. Tapi perputaran cepat itu di gas. Di gas itu biasanya kita dapat jatah 500 tabung perbulan,” ujar Roni.

Menurutnya, ada jedahnya, kebutuhan kita itu diatas 500 tabung. Tapi kalau Rp80 juta, pas ada proyek pembangunan menggunakan desa.

“Kita ada kerjasama dengan toko bangunan di Jambi, jadi bisa ngutang dulu dan gak harus kes (lunas),” imbuhnya.

Lebih jauh Roni menambahkan, kedepan pihaknya berharap BUMDes Karya Bersama ini bisa berkontribusi untuk pembangunan desa.

“Jadi sumber PAD desa, itu yang pertama. Yang kedua juga mendukung ekonomi masyarakat. Jadi kedepannya kalau dana desa ini tidak ada lagi saya harapkan BUMDes ini bisa membangun, jadi kita bisa mandiri tanpa bantuan dari dana pusat lagi,” tandas Roni.

Dampak dari itu, tata perekonomian makin berkembang. Padahal di desa yang dulunya merupakan eks unit pemukiman transmigrasi. (jayak)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *