Bripka NL, Oknum Polres Jambi Diduga Terpapar Radikalisme Sejak Tahun 2012

Jambi I Kabardaerah.com — Kabar adanya oknum anggota Polres Jambi yang ditangkap oleh Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Jambi karena diduga terpapar ideologi terorisme langsung menggemparkan publik Provinsi Jambi.

Apalagi yang menegaskan adalah Kapolri langsung Jenderal Pol Tito Karnavian saat berada di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu kemarin (30/5/2018).

“Dia diduga mulai agak terkena ideologi teroris,” ujar Tito saat itu.

Hal tersebut tidak dipungkiri Kapolresta Jambi Kombes Pol Achmad Fauzi Dalimunthe. Melalui pesan singkatnya dia mengakui oknum anggotanya ada diamankan pihak Bid Propam Polda Jambi pada awal pekan lalu.

“Ada satu orang oknum polisi dan merupakan anggota yang berada di Polsek yang ada di Polresta Jambi,” tegasnya, Kamis (31/5/2018).

Informasi yang beredar di kalangan media, anggota tersebut berpangkat Bripka dan berinisial NL yang diduga terpapar ideologi radikalisme.

Terpaparnya oknum polisi tersebut, bermula dari hasil penyelidikan satgaswil yang mendapati adanya percakapan lewat WhatsApp (WA) bahwa nomor telpon anggota tersebut sering menerima kajian yang isinya tentang kajian tauhid dari seseorang terduga teroris.

Dari hasil penyelidikan tersebut, akhirnya Bripka NL diamankan petugas tanpa perlawanan.

Dari informasi yang terpercaya, mulai mengenal pemahaman radikalisme sejak mengikuti kajian di Yayasan  Ubai di Jambi pada tahun 2012 hingga tahun 2014 lalu.

Dalam pemahaman tersebut, terdapat kajian daulah. Intinya adalah jihad dan tegaknya syariat islam, yakni terkait kafir demokrasi, thogut, anshor thogut dan 10 pembatal keimanan.

Tidak itu saja, menurut pemahaman mereka, demokkrasi Indonesia adalah kafir karena tidak berdasar pada syariat islam dan polisi termasuk thogut.

Guna penyelidikan lebih lanjut, saat ini Bripka NL masih menjalani pemeriksaan dan asesmen di Propam Polda Jambi. Disamping itu, petugas juga masih mencari tahu apakah oknum polisi tersebut terlibat dalam jaringan teror atau hanya sebatas simpatisan saja. (azhari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *