Siaga DBD, Wawako Maulana Pimpin Operasi PSN

JAMBI I Kabardaerah.com — Pemerintah Kota Jambi mulai laksanakan kegiatan tangkal dini potensi penyebaran DBD (Demam Berdarah Dengue/Dengue Fever) dalam skala besar dalam wilayah Kota Jambi. Hal tersebut dilaksanakan untuk menimilalisir massifnya penyebaran potensi DBD ditengah masyarakat, seperti yang terjadi tahun lalu.

Jumat lalu (01/02), Wakil Wali Kota Jambi Dr. dr. H. Maulana, MKM memimpin secara langsung operasi skala besar Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di wilayah RT 14 Pasir Putih, Jambi Selatan. Di lokasi tersebut, Wawako Maulana turun langsung dari satu rumah, kerumah warga lain, guna melakukan pemantauan langsung jentik nyamuk.

Mulai dari toilet, kolam ikan, hingga saluran drainase warga tak luput dari pemantauan orang nomor dua di Kota Jambi itu. Dengan menggunakan senter, Wawako maulana ingin memastikan bahwa di bak penampungan air warga, terbebas dari jentik nyamuk. Dirinya pun langsung menaburkan bubuk abate di bak mandi, guna memutus mata rantai berkembang biaknya jentuk nyamuk di penampungan air tersebut.

Tidak hanya melaksanakan pemantauan visual jentik nyamuk, Wawako Maulana juga melakukan sendiri pengasapan (fogging) di pemukiman warga yang salah satu warganya terkonfirmasi telah menderita DBD.

Menurut Maulana, upaya PSN ini serentak dilaksanakan secara massif diseluruh wilayah Kota Jambi dengan melibatkan seluruh sumber daya yang ada.

“Kegiatan yang kita laksanakan hari ini dilokasi ini, secara serentak dilaksanakan pula diseluruh wilayah Kota Jambi, dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat dan sumber daya yang kita miliki. Dinas Kesehatan Kota Jambi beserta jajaran pelaksana teknis dibawahnya, termasuk masyarakat yang menjadi kader Jumantik dan kader posyandu akan turun langsung memantau dan menyebarkan bubuk abate di setiap rumah warga,” ujarnya.

Lebih lanjut, Maulana juga menjelaskan fogging adalah upaya terakhir yang dilakukan sebagai langkah dalam pemberantasan dan memutus mata rantai penyebaran DBD yang diakibatkan oleh nyamuk.

“Kegiatan fogging dilakukan jika sudah ada terkonfirmasi menjadi penderita DBD dilingkungan tersebut. Kita akan lakukan fogging dalam radius 100 meter dari rumah penderita yang terkonfirmasi DBD. Silahkan lapor jika ada penderita DBD, kami akan turun lakukan fogging. Fogging adalah langkah terakhir, yang paling penting adalah langkah preventif. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah kunci utamanya. Imunitas tubuh dapat menangkal virus dari gigitan nyamuk,” jelas Maulana

Wawako Maulana turut pula mengajak masyarakat lebih tanggap dalam menangkal DBD dan bersama menurunkan angka kasus DBD di Kota Jambi.

“DBD dapat kita minimalisir dan hindari. Kebersihan lingkungan tidak kalah pentingnya dalam memutus mata rantai penyebaran kasus DBD di Kota Jambi. Oleh karenanya kita galakkan kembali gotong royong lingkungan. Memberantas sampah, berarti memberantas DBD, karena meminimalisir berkembangnya jentik nyamuk,” himbau Maulana.

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk. Demam berdarah DBD dulu disebut penyakit “break-bone” karena kadang menyebabkan nyeri sendi dan otot di mana tulang terasa retak.

Demam berdarah ringan menyebabkan demam tinggi, ruam, dan nyeri otot dan sendi. Demam berdarah yang parah, atau juga dikenal sebagai dengue hemorrhagic fever, dapat menyebabkan perdarahan serius, penurunan tekanan darah yang tiba-tiba (shock), dan kematian.

Jutaan kasus infeksi DBD terjadi setiap tahunnya di seluruh dunia. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan usia berapapun. Demam berdarah dengue paling banyak ditemui selama musim hujan dan setelah musim hujan di area tropis dan subtropis.

Wilayah Kota Jambi adalah salah satu wilayah endemik DBD. Setiap tahunnya dijumpai terjadi kasus penderita DBD. Namun dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, trend penderita DBD mengalami penurunan di Kota Jambi. Tercatat pada tahun 2016 terjadi kasus DBD dengan jumlah penderita sebanyak 567 orang, meninggal 7 orang. Tahun 2017 jumlah penderita sebanyak 142 orang, meninggal 1 orang, dan pada tahun 2018, jumlah penderita sebanyak 220 orang, meninggal 1 orang.

Penulis: Budi Harto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *