Wali Murid Sayangkan Aktifitas Belajar Mengajar di SDN 89 Sungai Manau 2 

 

JAMBI.KABARDAERAH.COM — Dunia Pendidikan di Kabupaten Merangin, Jambi, kembali menjadi sorotan. Tanpa ada alasan yang jelas SDN 89 Sungai Manau 2 kedapatan tidak melakukan aktifitas belajar mengajar.

Hal itu mendapat tanggapan serius bagi wali murid, mereka sangat menyayangkan atas peristiwa itu. Mereka menumpukan harapan pendidikan dasar bagi anaknya namun menuai kekecewaan.

Salah satu wali murid menceritakan, pada saat itu dirinya saat mengantar anaknya menuju sekolah, namun sesampaikan kedepan gerbang sekolah hanya menjumpai pintu terkunci rapi dengan gembok.

“Tentunya saya kaget melihat pintu sekolah terkunci dengan gembok. Itu terjadi pada awal tanggal 4 April 2019 lalu,” ujarnya kepada media ini, Senin (20/5/2019).

Dia menilai, pihak sekolah telah memberikan cerminan tak terpuji selaku pendidik atau penyelenggara pendidikan.

“Berilah contoh kepada siswa yang baik dan tegakan peraturan-peraturan dan kedisiplinan disekolah berawal dari Dinas Pendidikan hingga Ke Kepala sekolah, dan baru bisa di terapkan kepada siswa/siswi,” kesalnya.

Para wali murid menilai sikap sekolah yang dinilai kurang disiplin itu diibaratkan sebuah ungkapan yaitu “Guru kencing berdiri, muridnya kencing berlari”.

“Itulah pepatah orang tempo dulu jika guru tidak disiplin bagaimana mungkin hal tersebut bisa ditiru oleh anak didiknya,” tambahnya lagi.

Menanggapi itu, Kepala Sekolah SDN 89 Sungai Manau 2, Nurmiayati Sp.d saat dikonfirmasi di ruang kerjanya tidak banyak memberi tanggapan bahkan ia mengakui kelalaiannya itu terjadi.

“Mungkin sayo lagi apes bae, sebenarnyo banyak SD lain di Sungai Manau ini yang idak belajar mengajar ketiko merayokan hari keramaian, contohnyo hari Bantaian Adat dan pada setiap hari Kamis,” jelasnya,

Kepsek juga menerangkan sebenarnya orang dari Dinas Pendidikan Kabupaten Merangin, sudah mengetahui hal yang terjadi di wilayahnya dan mereka sangat memaklumi keadaan tersebut.

Ironisnya, bahkan Kepsek menuding anak didiknya susah untuk diajak belajar, apa lagi katanya pada saat hari kamis yang merupakan bertepatan pasar tradisional membuat alasan anak didik malas untuk keruang belajar.

“Mungkin melihat murid murid tidak ada yang masuk kelas itulah sebabnya lokal ditutup dan guru juga ikut pulang kerumahnya masing-masing,” kilahnya.

(Budi/Helmi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *