OPINI  

Seribu

Oleh: Musri Nauli 

Ketika Al Haris mengibarkan 1000 Bendera Merah Putih (seribu) di Jembatan Gentala Arasy pada hari minggu siang, seketika kata “seribu” menarik perhatian.

Sebagai kata seribu penggunaan simbol pengibaran bendera merah putih, kata seribu tidak mesti diartikan sebagai “jumlah” yang mencapai seribu.

Tapi penggunaan kata “seribu” adalah makna simbol pengibaran bendera yang cukup banyak. Sehingga akan mengakibatkan kesulitan untuk menghitungnya. Satu persatu.

Istilah “seribu” memang relatif dikenal di masyarakat Melayu Jambi. Masjid Agung Al-Falah yang terletak di Jalan Sultan Thaha Syaifuddin No. 60, Kecamatan Legok, Provinsi Jambi yang banyak sekali tiangnya yang berjumlah 232 tiang.

Namun ditengah masyarakat kemudian dikenal sebagai Mesjid seribu tiang. Dan sama sekali tidak mempersoalkan jumlah hanya 232 tiang (hanya 25%) dari jumlah seribu.

Selain masjid seribu tiang, juga dikenal ulat kaki seribu (millipede). Termasuk kelas Diplopoda. Padahal ulat hanya memiliki 17-100 pasang kaki.

Kembali ke pengibaran seribu bendera merah putih, selain simbol angka seribu untuk menggambarkan kemeriahan menyambut Kemerdekaan Republik Indonesia, disaat seperti ini, pengibaran bendera putih adalah semangat dari masyarakat terhadap kemerdekaan Indonesia.

Kemerdekaan yang dirayakan oleh rakyat Indonesia sebagai bentuk kegembiraan Rakyat Indonesia setelah lepas dari cengkaraman sang penjajah.

Ditengah-tengah pertarungan identitas, rasa nasionalisme harus ditumbuhkan. Baik sebagai refleksi sebagai negara-bangsa sekaligus mendidik nasionalisme kepada anak-anak muda.

Sehingga pengibaran 1000 bendera merah putih Tetap dibaca sebagai semangat Pemerintah Provinsi Jambi menyambut kegembiraan. Sekaligus sebagai bentuk rasa syukur Tetap berdirinya Indonesia.

Kita berharap, agar Indonesia Tetap berdiri hingga 1000 tahun. Sebagai pilihan negara-bangsa yang kemudian mengikrarkan sebagai bangsa Indonesia.

Dan pengibaran bendera merah putih adalah wujud dari refleksi terhadap kecintaan terhadap Indonesia.

Dirgahayu Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *