Proyek P3A Desa Koto Baru Dikerjakan Asal Jadi, Irigasi Beralaskan Bambu dan Papan

JAMBI.KABARDAERAH.COM – Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) yang berasal dari Aspirasi Dewan Provinsi, APBN Tahun 2022 senilai Rp280 juta dengan masa pekerjaan selama 91 hari yang dinilai asal jadi.

Kegiatan proyek P3-TGAI tersebut berlokasi di Desa Koto Baru, Kecamatan Tabir Lintas, Kabupaten Merangin, Jambi, untuk keperluan petani.

Selain disinyalir pekerjaannya tidak sesuai speak atau Rencana Anggaran Belanja (RAB), bangunan fisiknya dikerjakan oleh sekelompok P3A Suka Maju dengan sistem borong, bukan secara swakelola.

“Pemasangan cornya saja tidak ada pengalian, sehingga sangat menghawatirkan kerapuhan saat kondisi air deras. Begitu juga dengan adukan selain kurang semen juga kurang masak karena baru seminggu selesai sudah banyak yang retak,” ujar salah satu petani yang berada tepat di pinggir lokasi pekerjaan tersebut.

Ditambah lagi, lanjutnya, pengalian pondasi tidak dilakukan oleh kelompok Suka Maju, sehingga dia pun ragu program P3TGAI dari hasil aspirasi Dewan Provinsi APBN Tahun 2022 tersebut, bisa bertahan lama.

“Kan sayang, kita sebagai petani sangat mengharapkan pembangunan irigasi seperti ini, tapi jika pengerjaanya asal-asalan ya tidak akan bertahan lama,” pungkasnya.

Terpisah Lek Pangat selaku ketua kelompok Suka Maju yang sempat di jumpai oleh media ini di kediamannya beberapa hari yang lalu, menjelaskan dengan panjang lebar kalau pekerjaan yang di kerjakan oleh kelompok nya sudah dua kali dengan tahun ini, 2021 dulu juga dirinya yang mengerjakan proyek tersebut,

Dan pada tahun ini pondasi irigasi memang tidak di gali oleh nya di karenakan lumpur sawah terlalu dalam, namun irigasi tersebut bertahan di atas susunan bambu dan papan, setelah bambu dan papan di susun di permukaan sawah baru irigasi di cor.

“Memang betul kalau pengalian pondasi memang tidak ada, irigasi tersebut kami cor di atas susunan bambu dan papa, setelah kami susun bambu dan papan baru kami Cor irigasi tersebut,”ujar Pangat dengan santai nya menjawab.

Apakah kualitas bambu dan papan menjamin daya tahan irigasi tersebut…?

Pangat berdalih kedalam lumpur sampai sebatas lutut, dan tidak mungkin untuk dilakukan pengalian pondasi.

“Kan sudah saya bilang lumpur terlalu dalam sampai ke lutut bagai mana mau mengali pondasi,” Pungkasnya.

Terpisah pendamping P3A wilayah Merangin dan Bungo Ekal saat di hubungin melalui Handphone genggamnya menjelas kan, pekerjaan proyek tersebut memang mengikuti kultur lokasi dan wilayahnya.

“Iya Bg memang tidak harus digali pondasinya pekerjaan tersebut tergantung dengan situasi di lapangan Bg,” ujarnya melalui Handphone genggamnya.

(helmi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *