JAMBI.KABARDAERAH.COM — Putri Indonesia Jambi Favorit 2022, Sindy Novela sekaligus aktivis lingkungan yang sangat konsen pada advokasi sungai.
“Saya senang dan merasa terhormat ambil bagian dalam kegiatan Direktur Jenderal (DIRJEN) Kebudayaan Peluncuran “Kenduri Swarnabhumi” dengan tema “Menghubungkan Masyarakat Dengan Peradaban Sungai”. Semoga acara ini sukses dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari yang terdiri dari 7 Kabupaten dan 124 kecamatan di dua propinsi Jambi dan Sumatera Barat. Meskipun saya hanya ambil bagian dari Kabupaten Tebo ke Kabupaten Batanghari,” ungkapnya, Sabtu (13/8/2022).
Ada banyak peninggalan sejarah yang sudah ditemukan, ada banyak candi dan bekas istana yang pernah tegak di sepanjang sungai ini, ada banyak benda-benda purbakala penanda peradaban TERMAJU di zamannya. Sungai Batanghari adalah pusat peradaban TERMAJU di masanya, abad 7-15 Masehi, cahaya keemasan matahari sejarah pernah bersinar terang sepanjang aliran sungainya. Kita berdiri tegak bersisian dengan peradaban dunia lainnya kala itu penuh kebanggaan. Sejak zaman colonial, Orang Eropa yang pernah melihat dan menuliskan Sungai Batanghari hingga sebelum Orde Baru pasti sependapat: Batanghari sangat cantik!
Di abad ke 13 para leluhur berhasil menjadikan Batanghari sebagai pusat peradaban baru. Negara Melayu Hindu-Budha dan Dharmasraya diantaranya. Sekarang belum ada prasasti baru yang layak ditulis menceritakan kejayaan baru yang berhasil dibuat generasi sekarang di sepanjang Sungai Batang Hari. Belum ada “candi-candi” penanda peradaban baru, belum ada yang menegakkan istana seperti yang dilakukan Adityawarman di masa lalu.
Jangankan sejajar dengan pusat peradaban dunia yang baru, sejajar dengan peradaban beberapa kabupaten dan propinsi yang tidak semegah Sriwijaya, Melayu dan Darmasraya saja tidak lagi segagah dulu.
“Sekarang, kita rasanya tidak perlu bercerita panjang. Keruh air Sungai Batang Hari sepanjang tahun telah berbicara banyak, apa adanya, tentang keadaan dan tingkat peradaban Indonesia, tidak hanya peradaban masyarakat sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Batang Hari. Orang Melayu yang turun-temurun tinggal di sepanjang sungai ini bercerita, Batanghari hanya jernih tiga hari menjelang dan sesudah Idul Fitri. Keruhnya air sungai legenda berlekuk nan cantik ini adalah buramnya wajah cerminan peradaban Indonesia. Keadaan ini tidak akan berubah sendiri di masa datang, siapa saja yang menganggap dirinya berperadaban tinggi harus membuktikan ketinggian peradabannya dengan mengubah warna air sungai ini, mengubah wajah sosial-ekonomi masyarakat DAS Batanghhari yang telah hidup turun-temurun hingga sekarang.
Maurice Kottelat dari Raffles Museum of Biodiversity Research Singapura menemukan 289 jenis ikan air tawar termasuk Paedocypris progenetica atau ikan terkecil di dunia. Ikan Arwana silver, ikan belida, tilan yang menjadi penghuni utama Batanghari. International Union Conservation of Nature (IUCN) mengatakan jenis dan populasi ikan terus menurun. Ikan Arwana Silver, Baung, Belida bahkan tilan telah mengisi daftar ikan terancam punah. Tutupan hutan tropis di sepanjang DAS terus berkurang drastis. Pendangkalan karena sedimentasi terus berkelanjutan, area genangan banjir tahunan terus meluas.
“Semoga Kenduri Swarnabhumi menjadi pemberi semangat dan pencerahan baru. Senang mendengar narasi “penghubung masyarakat dengan peradaban sungai” setelah “dipaksa” berpisah dari sungai oleh perkebunan besar komoditas yang mengutamakan “PERADABAN DARAT” agar komoditasnya berkembang selama sejak Orde Baru. Semoga kegiatan ini jadi penyemangat lahirnya pewaris kemilau peradaban lama, bekerja menjadi pencipta peradaban sungai Batanghari yang digdaya,” harap Sindy.
(azhari)