OPINI  

Pilkada Usai, Semua Harus Berdamai

Oleh: Bahren Nurdin

(Akademisi UIN STS Jambi dan Direktur PUSAKADEMIA)

 

Pilkada 2020 di Provinsi Jambi sudah berlalu walau masih menyisakan beberapa perkara di Mahkamah Konstitusi (MK). Tidak apa. Naiknya beberapa gugatan di mahkamah ini tentunya adalah bukti nyata bahwa demokrasi bangsa ini sedang berproses dengan baik. Menempuh jalur-jalur yang konstitusional adalah jalan yang sangat baik dan elegan. Biarkan mahkamah yang menentukan dengan segala proses persidangan dan peradilan yang dilakukan dengan bijak dan adil.

Bagi yang melayangkan gugatan dan diterima oleh MK silahkan dilanjut sampai ketok palu. Berjuanglah dengan ‘jantan’ sampai ‘nafas terakhir’. Pilkada yang sudah selesai tanpa gugatan, saatnya ‘move on’ bersama.

Itulah dinamika berdemokrasi. Tinggal lagi bagaimana kita semua bersikap. Jangan sampai Pilkada yang sudah usai tersebut menyisakan ‘luka’ yang berkepanjangan. Menciptakan dendam tak berkesudahan. Menghancurkan nilai-nilai persatuan bangsa. Sudah sepantasnya, kedewasaan bersikap dalam menerima hasil pemilihan masyarakat tersebut dikedepankan. Sikap terbaik dalam konteks pilkada ini tentunya masing-masing orang dan kelompok harus menyediakan diri untuk rekonsiliasi. Berdamai!

Siapa yang memulai? Semua orang harus menyediakan diri untuk membuka tangan dan saling berangkulan. Namun, alangkah baik dan bijaksana jika rekonsiliasi ini dimulai dari para ‘petarung’ yang baru saja turun gelanggang; paslon (pasangan calon). Lebih bijak lagi, paslon yang terpilih memulai perdamaian dengan ‘mengusap’ luka para lawan.

Dari Paslon turun ke para tim sukses. Saatnya melebur dan membaur. Turunkan ‘bendera-bendera’ kebesaran masing-masing kelompok. Naikkan bendera merah putih sebagai lambang persatuan bangsa. Kerja keras sudah dilakukan. Dukungan sudah maksimal diberikan. Pilihan pun sudah masyarakat berikan. Hasilnya adalah kemenangan bersama. Siapa pun yang dipilih oleh masyarakat adalah milik bersama.

Begitu juga dengan partai politik (Parpol) pengusung dan pendukung yang seyogyanya melakukan rekonsiliasi dengan cara-cara yang baik. Saatnya menyatukan program-program kerja yang dijanjikan kepada masyarakat. Tentu saja, parpol bertanggung jawab mengawal paslon yang terpilih untuk menunaikan janji-janji politik yang sudah ‘diumbar’ selama masa kampanye. Program-program yang dianggap baik dari paslon yang tidak terpilih, tidak ada salahnya diambil demi masyarakat banyak. Itulah makna rekonsiliasi pada tataran ini.

Jika sudah dimulai dari Paslon, diikuti oleh tim sukses dan didukung oleh parpol, maka rekonsiliasi dipastikan akan dapat berjalan dengan baik. Semua merasa damai dan tentram.

Untuk mencapai itu, apa yang harus kita kedepankan?

Bagi yang terpilih dan kelompoknya mungkin akan mudah bicara rekonsiliasi. Tapi bagi yang tidak terpilih butuh ‘perjuangan’ untuk menerima fakta ‘kekalahan’. Maka dari itu diperlukan nilai-nilai yang harus dikedepankan diantaranya, silaturrahim, kekeluargaan dan kearifan lokal.

Yakinlah, nilai-nilai ini sudah tumbuh dan hidup ratusan tahun di bumi pertiwi ini, tidak terkecuali di bumi ‘sepucuk Jambi Sembilan Lurah’ yang kita cintai ini. Silaturrahmi adalah kata ‘ajaib’ yang telah menjadi tali pengikat persatuan dan kebersamaan dalam satu bangsa kita selama ini. Saling memaafkan dan saling mendatangi satu sama lain. Saling mengingatkan dalam ketakwaan dan kesabaran.

Begitu juga nilai-nilai kekeluargaan. Lebih dari hanya persoalan pilih-memilih, beda pilihan dan pandangan politik, tali persaudaaran jangan diabaikan. Tidak boleh urusan politik memutus tali persaudaraan. Jangan sampai ada suami dan isteri bercerai hanya karena beda pilihan. Tidak boleh pula ada saudara kandung yang ado jotos hanya karena beda dukungan. Kita bersaudara. Tali persaudaraan adalah benang yang kuat sebagai pengikat agar kita tidak tercerai berai.

Hal lain yang harus kita kedepankan tentunya nilai-nilai kearifan lokal yang telah hidup dan berkembang di tengah masyarkat. Rekonsoliasi bisa juga kita bangun melalui kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Kita mengenal istilah kendurian, yasinan, tahlilan, kondangan dan lain sebagainya. Pada kegiatan-kegiatan ini terkandung nilai-nilai persatuan dan kebersamaan. Harus dijaga dan dipelihara!

Akhirnya, Pilkada 2020 sudah kita lalui dengan sukses dan damai. Hak dan kewajiban sudah kita tunaikan. Hasil pilihan pun sudah dapat kita lihat bersama. Itulah pilihan kita semua. Terpilih atau tidak terpilih hanyalah persoalan kesempatan. Semua kita telah jadi pemenang. Saatnya kita semua ‘move on’ untuk mencapai makna pilkada yang sesungguhnya yaitu terpilihnya pemimpin yang legitimit dan tercapainya kesejahteraan masyarakat. Semoga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *