Ini Dia, Kisah Pejuang Tionghoa Evakuasi Bangkai Pesawat Catalina RI 005

JAMBI.KABARDAERAH.COM — Siapa sangka, bila replika pesawat Catalina RI 005 yang berada di depan Museum Perjuangan Rakyat Jambi di kawasan Telanaipura, Kota Jambi adalah merupakan salah satu tonggak sejarah Jambi.

Bagaimana tidak, saat agresi militer Belanda II terjadi pesawat tersebut membawa dan mengangkut bahan bakar pesawat Catalina RI 005 dan juga kebutuhan logistik bagi para pejuang.

Salah satu saksi sejarah yang masih hidup adalah Guan San alias Gunawan yang kini berusia 91 tahun.

Pejuang keturunan Tionghoa inilah yang membantu perjuangan rakyat Jambi dalam mengusir penjajah Belanda dari “bumi sepucuk Jambi sembilan lurah”.

Saat itu, pria yang lahir 5 Februari 1928, di usia 17 tahun ia memberanikan diri mendaftar sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Dia pun ikut bergerilya angkat senjata bersama rakyat Jambi lainnya melawan penjajah Belanda di kawasan Tembesi, Sungairengas, Tempino dan wilayah Lubukruso.

Bukan hanya itu, karena kemampuannya bergerilya, selanjutnya dia diperbantukan di wilayah perairan sungai dan laut untuk membawa tugboat.

Bahkan, saat pesawat Catalina RI 005 masih beroperasi, Gunawan juga diperbantukan membawa dan mengangkut bahan bakar pesawat Catalina serta juga kebutuhan logistik para pejuang lainnya.

Menurutnya, saat pesawat Catalina RI 005 jatuh di perairan Sungai Batanghari, dia melihat dan menyaksikan langsung peristiwa tersebut.

“Aku nampak lah, tapi aku tidak bisa menolong. Dua mati, satu itu yang hidup Pak Pranko,” ujarnya belum lama ini.

Menurutnya, yang ada di dalam pesawat itu ada tiga orang, yakni RR Cobley sang pilot, Perwira AURI Jan Londa dan Kepala TU Markas Pertahanan Surabaya Divisi I Narotama RH Abdillah Pranko Prawirokusumo atau Pranko.

Mengingat sejarah, barulah pada tahun 90-an, terdapat ide untuk mengangkat bangkai pesawat Catalina RI 005 dari Sungai Batanghari.

Itu bermula, ketika sidang Paripurna Veteran RI di Hotel Kartika Chandra pada 25 Mei 1991. Ketika itu Gubernur Jambi dijabat Abdurrahman Sayuti.

Mendengar informasi tersebut, dia pun menyambut baik rencana tersebut. Tidak hanya itu, gayung bersambut. Ketua Mada Legiun Veteran DD Sinulingga yang menjabat Komandan Korem 042/Garuda Putih (Gapu) langsung menyambut baik gagasan tersebut.

Selanjutnya, untuk kepentingan sejarah perjuangan bangsa, khususnya di Provinsi Jambi di tahun sama Pemerintah Provinsi Jambi menunjuk seorang veteran keturunan Tionghoa, yakni Gunawan sebagai pimpinan pelaksana teknis di lapangan dalam mengevakuasi bangkai pesawat Catalina RI 005.

“Jadi 43 tahun kemudian pesawat itu baru diangkat dari Sungai Batanghari” ungkap Gunawan terbata-bata.

Saat itu, pekerjaan dimulai tanggal 26 Juli 1991. Dari penyelaman, penyedotan lumpur dan pengangkatan puing pesawat berakhir tanggal 10 November 1991.

Tidaklah mudah mengangkat bangkai pesawat yang sudah jatuh puluhan tahun silam. Betapa tidak, patahan pesawat, seperti sayap, mesin dan lain-lainnya ditemukan di lumpur dengan kedalaman 8 meter dari dasar Sungai Batanghari.

Tidak hanya bangkai pesawat yang berhasil ditemukan, tapi tengkorak manusia yang ada didalam pesawat terlihat masih utuh.

Pasalnya, saat dilakukan pengangkatan ditemukan tengkorak yang lengkap dengan rahang bawah yang lengkap dengan gigi. Ada juga terdapat tempat air minum, sepatu dan bendera Australia berukuran kecil.

Dengan berhasilnya pengangkatan bangkai pesawat tersebut, selanjutnya Gunawan menyerahkan puing pesawat Catalina RI 005 ke Pemerintah Provinsi Jambi.

“Ini sebagai bukti perjuangan rakyat Jambi melawan penjajah ke Museum Perjuangan Rakyat Jambi,” imbuh Gunawan.

Dari data yang diperoleh dari Museum Perjuangan Rakyat Jambi, pesawat Catalina RI 005 berasal dari seorang warga Australia bernama RR Cobley. Dia adalah mantan penerbang RAAF (Roval Australian Air Force) dalam perang dunia II.

Saat itu, pesawat ini masih memakai register Australia YHROP. Kala itu, ada pertemuan para pejuang di Bangkok. Pada kesempatan inilah, Cobley menawarkan kesediaannya menyewakan pesawat pribadinya kepada Pemerintah RI guna membantu perjuangan kemerdekaan.

Melihat peluang itu, atas prakarsa TNI Sub Territorium Djambi (STD) langsung menyewa pesawat tersebut. Kemudian, oleh pemerintah RI, nomor register diganti menjadi Catalina RI 005.

Usai disewa Pemerintah Republik Indonesia, untuk pertama kalinya Cobley mendaratkan pesawatnya di Indonesia di Danau Tulung Agung, Jawa Timur pada tahun 1947.

Keberadaannya pertama kali di Sumatera terjadi di Danau Singkarak, Sumatera Barat pada tahun 1948. Sedangkan dalam mengemban tugasnya pesawat Catalina RI 005 di Jambi menggunakan pangkalan-pangkalan air, seperti di Sungai Batanghari.

Dalam suasana perang kemerdekaan RI, ketika Jambi diduduki Belanda pada tanggal 29 Desember 1948, pesawat Catalina sementara belum dapat digunakan.

Sebab, kala itu pesawat masih mengalami kerusakan di salah satu mesinnya. Selain itu, posisi pesawat masih berada di Sungai Batanghari.

Untuk menghindari risiko serangan Belanda, pesawat Catalina RI 005 tersebut yang semula disewa, direncanakan dibeli masyarakat Jambi.

Itu terjadi atas usulan Kolonel Abunjani dengan tujuan menyerang pangkalan udara di Talang Semut, Palembang. Namun, rencana ini tidak terlaksana berhubung kerusakan mesin pesawat belum bisa diperbaiki.

Untuk mempertahankan pesawat Catalina jangan jatuh ke tangan Belanda, Cobley memutuskan untuk meninggalkan Jambi bersama salah seorang mekanik Jon Londa dan seorang penumpang bernama Pranko menuju Singapura. Mereka berencana melengkapi suku cadang mesin yang rusak untuk bisa segera diperbaiki.

Ketika itu, diperkirakan Jambi sudah aman dari serangkaian serangan kolonial Belanda. Selanjutnya, Cobley berusaha menghidupkan mesin yang rusak sebelah dan mencoba untuk tinggal landas.

Dalam usaha tersebut, Catalina RI berhasil tinggal landas, namun karena salah satu mesinnya rusak mengakibatkan pesawat tidak seimbang dan menabrak kapal tongkang yang sebelumnya sengaja ditenggelamkan melintasi sungai sebagai upaya pencegahan masuknya Belanda ke pedalaman Jambi.

Tak ayal, sayap pesawat patah dan jatuh ke dalam Sungai Batanghari. Dalam kecelakaan tersebut, Pilot RR Cobley dan mekanik Opsir Muda Udara Jon Londa meninggal, sedangkan Pranko yang saat itu sebagai salah seorang penumpang, dan Kepala Tata Usaha Markas Pertahanan Surabaya diketahui selamat dari maut.

Dengan berhasilnya ditemukannya bangkai pesawat dari dasar Sungai Batanghari, menjadi tonggak sejarah bagi perjuangan rakyat Jambi.

Saat ini, keberadaan pesawat Catalina RI 005 menjadi saksi sejarah dengan pembuatan replika pesawat tersebut. Kini masyarakat luas dapat melihat langsung di halaman depan Museum Perjuangan Rakyat Jambi di kawasan Jalan Sultan Agung, Nomor 12, Kota Jambi.

(azhari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *