Kepala Desa ini Berhasil “Sulap” Sungai Jadi Lokasi Rekreasi ala Amazon

JAMBI.KABARDAERAH.COM — Selama ini, masyarakat luas mengetahui di Kabupaten Muarojambi hanya ada tempat wisata Candi Muarojambi, tapi saat ini ada lokasi wisata alam yang tidak kalah menarik dengan wisata di Kalimantan dan di Amazon.

Sejak pertengahan tahun 2018 lalu, bagi pecinta wisata alam bisa mengunjungi Danau Tangkas yang berlokasi di Desa Tanjung Lanjut, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi.

Destinasi alam ini, patut dikunjungi bagi yang sudah lelah dengan rutinitas kerja dan menginginkan wisata yang berbeda dari lainnya.

Berbekal potensi alam yang asri, Edi Sugito (37) mulai membenahi desanya agar lebih dikenal banyak orang dan bisa membantu perekonomian warga.

Mulanya tidak mudah untuk mewujudkannya keinginannya tersebut. Meski sebagai Kepala Desa Tanjung Lanjut, banyak rintangan yang dihadapinya. Bahkan, dirinya dianggap sebagai orang gila bila bisa mewujudkan impian itu..

“Saya dianggap orang gila, desa yang jauh dari kota bisa dijadikan destinasi objek wisata,” ujarnya.

Pria Jawa yang biasa dipanggil Datuk ini, mengaku hanya 10 orang yang percaya. Pasalnya, mereka yakin akan ide yang disebut gila tersebut.

“Alhamdulillah, saat ini setelah berhasil dan terlihat ramai dikunjungi wisatawan, orang yang dulunya tidak percaya tersebut tidak bisa bicara lagi,” tukas Datuk.

Akhirnya, dengan memberikan motivasi kepada pengikutnya yang 10 orang tersebut dan seringnya melihat sejumlah potensi daerah lain yang bisa dijadikan objek wisata di media sosial akhirnya pada Agustus 2018 lalu impian tersebut terwujud.

“Objek wisata ini, kita beri nama Danau Tangkas karena diambil dari kata Tang, yakni Desa Tanjung Lanjut dan kata Kas dari Desa Kaos,” imbuhnya.

Sejak dibuka destinasi Danau Tangkas banyak warga yang penasaran untuk melihat dari dekat. Saat ini, tidak hanya pengunjung lokal yang datang tapi dari Pulau Jawa, Jakarta sudah pernah berkunjung.

“Baru didatangi pengunjung lokal, tapi belum lama ini ada dari pulau Jawa dari Jakarta, yakni artis Rege Jakarta  Acakadut,” katanya.

Menurutnya, bagi wisatawan yang biasa melihat pantai, air terjun, candi dipersilahkan datang untuk menikmati keindahan alam yang asri.

“Objek wisata ini tidak kalah dengan hutan bakau Amazon atau di Kalimantan. Mereka kita manjakan dengan naik boat atau perahu untuk menjelajahi Lorong Perawan di sungai,” ungkap Datuk.

Dia menambahkan, menjelajahi Lorong Perawan menjadi primadona andalan objek wisata Danau Tangkas. Pasalnya, saat musim tertentu bunga liontin banyak berguguran di atas sungai.

“Bunga liontin itu seperti mirip anting, bila gugur di hamparan hutan sungai bisa berwarna merah,” tuturnya.

Tapi, sambung Datuk, bunga liontin yang berguguran tersebut bisa dilihat dalam satu tahun dua kali, yakni di bulan Desember dan Juli. “Pandangan indah bunga liontin ini bisa dinikmati hanya selama 10 hari,” katanya.

Benar adanya, bila hutan sungai di Lorong Perawan ini seperti hutan Amazon. Perpaduan air dengan hutan inilah yang dilihat wisatawan, belum lagi kanan-kiri hutan dari pohon Putat yang masih alami.

Tidak hanya itu, sebagai penarik pengunjung disejumlah pohon dibuat rumah pohon untuk istirahat atau makan.

Sarana penyelusuran dengan perahu di hutan liontin ini bisa ditempuh sepanjang 1 KM. Belum lagi bunyi burung berkicau membuat suasana makin betah dalam perjalanan tersebut.

Bagi yang penasaran Lorong Perawan, Datuk mengatakan karena lorong masuk hutan sungai tersebut tergolong sempit karena kanan kiri ada pohon Liontin dan hanya bisa ditelusuri satu perahu.

Tidak hanya itu, dia juga menceritakan, bahwa dulunya lokasi Danau Tangkas merupakan tempatnya para dewa, penuh mistis.

Salah satunya, warga sering mendengar ada kapal besar lewat disertai bunyi ombak besar, tapi ketika dilihat tidak ada.

Untuk bisa sampai ke distinasi wisata alam dengan luasan 250 hektar ini, pengunjung harus menempuh perjalanan lewat jalur darat.

Bila dari Kota Jambi bisa ditempuh kurang lebih 50 KM, atau sekitar 2 jam perjalanan. Selama perjalanan ke lokasi, pengunjung akan disuguhi rumah warga dan perkebunan sawit serta kondisi jalan yang berlubang.

Namun, bila sudah sampai tujuan rasa lelah dalam perjalanan akan hilang dengan sendirinya lantaran keindahan wisata Danau Tangkas tersebut.

Untuk memasuki kawasan wisata Danau Tangkas tersebut, pengunjung hanya dikenakan tarif sebesar Rp16.000 per orang.

Selanjutnya, pengunjung dibawa petugas dengan menggunakan speed boat untuk memasuki Pulau Tepus dimana letaknya ditengah-tengah Danau Tangkas.

Nantinya, di Pulau Tepus pengunjung bisa menghilangkan lelah dengan menikmati makanan dan minuman di sejumlah rumah pohon yang disediakan.

Tidak hanya itu, pengunjung bisa juga berkemah, sewa balai pelatihan dan pertemuan, selain itu ada juga fasilitas kantin apung.

“Kita juga siapkan Pulau Tepus, agar wisatawan bisa bersantai dan dimanjakan sambil makan di rumah pohon maupun di bibir-bibir danau ini,” ujarnya.

Bagi yang ingin permainan di sungai, pihaknya juga menyediakan wahana permainan, seperti dua unit speed boat, donat boat, bebek dayung, banana boat, perahu tradisional dan perahu karet.

Menurutnya lagi, lokasi wisata tersebut baru dikelola saat sekitar 20 hektar. “Rencananya 120 hektar sisanya akan dimanfaatkan sehingga wisatawan yang datang bisa mengelilingi Danau Tangkas dengan nyaman dan puas.”

Diakuinya lagi, pengelolaan Danau Tangkas ini bukan dari pihak ketiga atau adanya investor.  “Danau Tangkas ini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa Tanjung Jaya Mandiri atau yang disingkat dengan Bumdes Tajam,” tukas Datuk.

Seorang pengunjung dari Medan, Ucok mengaku terkejut melihat adanya wisata ini. Setahu dirinya, wisata Jambi hanya Candi Muarojambi dan di Kerinci.

Namun, usai melihat dan menikmati keindahan alam Danau Tangkas dirinya merasa puas.

“Suasana masih asri, apalagi bila melintasi Lorong Perawan dengan perahu seperti melintas hutan Amazon. Indah. Pokoknya penat akibat rutinitas kerja bisa hilang,” tuturnya.

Sedangkan Harto, warga Kota Jambi menilai prospek wisata Danau Tangkas berbeda dari yang sudah ada di Jambi.

“Baiknya dikembangkan lagi, sehingga menjadi objek wisata utama di Jambi,” katanya.

(azhari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *