Pengaruh Koalisi Partai Gemuk dan Kurus. Antara Peluang dan Tantangan

Dr Dedek Kusnadi, M.Si. MM (Akademisi Pascasarjana UIN STS Jambi dan Pengamat Kebijakan Publik dan Politik)

Fenomena Pilwako Kota Jambi, lebih menarik dan terkesan unik dari Pemilukada daerah lainnya di Propinsi Jambi. Ini dilihat dari beberapa aspek seca umum. Jelas ini menunjukkan bahwa partai politik menggunakan pertimbangan menang-kalah sebagai faktor dominan dalam proses rekrutmen kepala daerah.

Soal orientasi kebijakan, program, apalagi ideologi, tidak menjadi pertimbangan yang penting. Lalu yang dominan lagi ada kaitannya terhadap kepentingan kaitan kelompok kekuasaan, yang takut akan berpengaruh terhadap kekuasaannya jika calon yang di inginkan tidak dapat maju dan terpilih
Akibatnya, pilwako hanya berfungsi sebagai proses untuk menjaga lingkaran kekuasaan bukan lagi orientasi pada perancanaan kesejahteraan dan pembagunan.

Fungsi lainnya seperti arena kontestasi gagasan dan program untuk kemajuan daerah menjadi terabaikan. Jika publik tidak selektif akan pilihannya, tentu berdampak kekecewaan. Jika menilai majunya figur terkesan dipaksakan bukan punya komposisi pembanding.

Bila dalam perjalanannya nanti ditemukan kelemahan mendasar dari sang kepala daerah terpilih, baik dalam arti kepemimpinan politik dan manajerialnya, maupun dalam arti program yang hendak dilaksanakan. Dalam kasus ini yang merugi ialah masyarakat, karna tentunya apa yang menjadi pengalaman publik sulit untuk terlupakan.

Partai hanya berorientasi dalam pengusungan calon untuk berkerja menciptakan menang atau kalah. Partisipasi pemilih yang sering dijadikan salah satu indikator adalah sosok kualitas figur. Menariknya di Pilwako Kota Jambi, hampir saja terjadi calon tunggal karna partai PAN detik-detik terakhir baru memutuskan dukungannya degan berbagai macam pertimbangan.

Namun, disaat pendaftaran awal PAN tetap mengacu pada hasil survei ektabilitas calon yang akan diusung maka masing-masing bakal calon membayar dana untuk survei.

Namun sayangnya, dasar aturan hasil survei tersebut tidak dipublikasikan ke publik siapa yang layak untuk diusung. Jika mengacu pada hasil survei, semua terkesan tertutup, hal inilah dapat memberikan analisis pendapat publik tidak profesionalnya partai.

Benar adanya, koalisi banyak partai tidak menjamin kemenangan, namun banyaknya dukungan partai cukup berperan menunjukkan bahwa partai-partai punya penilaian lebih terhadap calon yang diusung bisa dominan dari segi popularitas dan elektabilitas

Kemudian hampir semua partai politik berkerumun mencalonkannya. Tentunya pasangan Fasha-Maulana punya nilai tambah terlepas dari persepsi publik yang berbeda.
Yang utama ada pada branding pribadinya kharismatik masing-masing pasangan calon.

Salah satu yang dicemaskan adalah terjadinya aliansi politik dan pelaku bisnis yang dikemudian hari berdampak pada kebijakan publik yang diarahkan pada kebijakan sempit untuk kepentingan pengusaha atau kelompok. Karna hal tersebut menjadi indikator tolak ukur partisivasi pemilih, tentu melihat dari sisi pembanding dengan pembuktian atau ada tolak ukur untuk mampu menjadi perhatian penuh masarakat akan memilih figur tersebut karna figur pasangan calon sebagai obyek politik.

Hal ini membuktikan calon dari petahana mendapat respon positif, terhadap tingkat kepuasan masyarakat dan program-program kerja dilihat dari Insfratruktur yang menyentuh pemilih di Kota Jambi.

Incumbent bisa memenangkan pilkada dengan berbagai faktor, yaitu partai pengusung, popularitas, dan program kerja yang menyentuh masyarakat. Selain figur dan ketokohan pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Syarif Fasha dan Maulana lebih dahulu bersosialisasi.

Track record petahana Syarif Fasha selama menjabat cukup baik, Fasha-Maulana didukung 10 parpol, yakni Demokrat, Golkar, Gerindra, Hanura, Nasdem, PPP, PKS, PKB, PBB, dan PKPI. Sedangkan rivalnya, Abdullah Sani-Kemas Alfarizi hanya didukung PDIP dan PAN.

Walau secara langsung hak penentu berada dikeputusan pemilih, Saya memprediksi, di Kota Jambi pasangan Fasha-Maulana sulit dibendung. Selain mendapat dukungan koalisi gemuk, ketokohan atau figur Fasha-Maulana juga cukup kuat. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *