Ironis. Ada Madrasah di Daerah Kaya Migas Kondisinya Memprihatinkan

Tanjabbar I Kabardaerah.com — Di zaman now ini masih saja ditemukan sekolah yang kondisinya memprihatinkan dan tidak layak pakai.

Tengok saja di Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) di Dusun Karya Lestari Satu, RT 01, Desa Muntialo, Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjungjabung Barat, tiga ruangan yang ada dijadikan ruang belajar peserta didik untuk 6 kelas

Ironisnya lagi, kondisinya sangat jauh dari kesan kenyamanan. Sementara satu ruangan untuk guru sama sekali tidak bisa disebut ruangan yang layak.

Dinding di sekeliling bangunan madrasah yang berada di wilayah operasi perusahaan migas raksasa PetroChina ini tampak bolong dan lapuk, sedangkan lantainya hanya tanah dengan sedikit ada semennya.

Bahkan lagi, bisa semakin parah jika hujan dan angin kencang, bangunan kelas yang ada terancam ambruk dan bila hujan deras akan banjir hingga sampai ke dalam ruangan.

Hal ini diakui Kepala Sekolah MDTA, Nasihudin Mustofa, meski sudah mengajukan proposal bantuan, namun belum ada realisasinya.

“Madrasah ini sebenarnya kurang layak, cuman kami ini dari pihak madrasah sudah mengajukan proposal ke perusahaan-perusahaan yang terdekat di sini, termasuk kepada PetroChina dan PT WKS, namun belum ada tanggapan pak,” ungkapnya, Selasa (19/12/2017).

Karena itu, Dia berharap ada kepedulian dari pihak pemerintah dan swasta untuk dunia pendidikan. “Madrasah ini adalah tempat pendidikan khususnya dibidang agama,” ungkap Mustofa.

Pria yang akrab disapa Pak Tofa ini mengungkapkan, madrasah swasta dibawah naungan Kementerian Agama tersebut mulai didirikan sejak tahun 2010 dengan dana yang bersumber dari swadaya masyarakat setempat. Dan status tanahnya pun sudah hak milik madrasah dengan surat-surat tanah yang komplit.

“Anak didiknya sekitar 60 orang lebih, kalau tenaga pengajarnya enam orang. Setiap hari itu tiga orang guru yang masuk, jadi seminggu kena tiga kali masuk,” imbuhnya.

Diakuinya, madrasah ini berdiri sejak 2010, hanya saja baru dikelola betul sejak tahun 2013 dan sudah terakreditasi.

“Sudah ada piagam madrasahnya dari Kemenag. Ini kelas satu sampai kelas enam, satu lokal itu dobel dua pak. Jadi satu guru itu dobel dua kelas. Ya maklumlah karena keadaaan… ya pak,” jelasnya.

Mirisnya lagi, fasilitas yang ada di madrasah swasta ini hanya memiliki sedikit kursi. Kursi kayunya masih terlihat zaman baholak (old).

Jika dihitung hanya beberapa kursi yang layak untuk diduduki peserta didik. Bahkan lemari sekolah pun tidak terlihat.

“Kami sangat berharap bangunan madrasah ini bisa dilakukan perbaikan dan dapat penambahan lokal,” tandas Mustofa.

Rizkia Ramadhani, salah seorang murid kelas lima Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah Desa Muntialo mengaku resah dalam belajar bila bangunan sekolahnya dilanda hujan deras.

“Kadang kalau hujan disini bisa banjir, kadang masuk sampai ke kelas airnya dan atapnya bocor. Kami kurang nyaman belajarnya,” tutur siswi berprestasi ini. (jayak)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *